INDAHNYA TRADISI DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA



 

 

 

Narsi Paus. Orang Katolik memiliki tradisi spiritual yang khas untuk menghormati Bunda Maria. Setiap bulan Mei mereka menyiapkan waktu khusus untuk berdevosi kepada Bunda Maria. Devosi kepada Bunda Maria umumnya dilaksanakan secara berkelompok meskipun ruang untuk berdevosi secara pribadi sangat terbuka. Setiap keluarga pada bulan penuh rahmat dan suci ini saling mengunjungi satu sama lain. Sejak tanggal 1 Mei sampai dengan 31 Mei, umat yang berhimpun dalam satu Kelompok Basis Gerejawi (KBG) mendatangi rumah anggotanya untuk berdoa bersama-sama. 

 


KBG Sta. Faustina Paroki St. Mikael Kumba menyambut baik kehadiran bulan Mei 2022. Luapan kegembiraan sangat nyata pada wajah anak-anak. Mereka sangat antusias. Rasa rindu untuk berkumpul, untuk saling menyapa dan memanggil terobati sudah. Suara anak-anak begitu nyata. Tradisi spiritual tumbuh kembali dalam konteks persekutuan. Kalau konteks pribadi dan keluarga inti pasti tidak pernah putus sebab insan beriman pasti menyadari keterlibatan Tuhan dan Bunda Maria dalam seluruh perjalanan hidup masing-masing.

Mengapa demikian? Yah, semua orang tahu. Hantaman badai non alam Covid-19 meluluhlantakan peradapan. Tradisi budaya dan agama diganyang. Demi kesehatan aneka kebiasaan baik dikebiri. Protokol kesehatan harga mati jika tidak mau mati, hehehe. Cuci tangan, pakai masker, jaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas menjadi dogma baru. Gereja ditutup, doa giliran distop. Semuanya dari rumah msing-masing. Doa dari rumah, sekolah dari rumah, kerja dari rumah. Hampir semua aktivitas dari rumah saja.

Dalam kaitan dengan devosi kepada Bunda Maria, Mei 2020 dan Mei 2021 menjadi korban. Semua umat di seluruh dunia berdevosi dari rumah saja. Mei 20 dan 21 sepi. Jika merindukan kebersamaan dengan keluarga besar, tetangga, dan sabahat dalam hal doa boleh dilakukan tetapi dengan cara online atau daring. Bagi yang mengusai teknologi dan memiliki sarana pendukungnya, hal ini bisa dilakukan. Tetapi bagi yang tidak punya dan kurang mengusai teknologi, pilihannya mungkin cuma satu yaitu berdoa di rumah saja dengan keluarga inti masing-masing. 

Inilah yang terjadi di KBG Sta. Faustina Paroki St. Mikael Kumba medio Mei 2020 dan 2021. Devosi kepada Bunda Maria di rumah masing-masing. Rasa sepi mungkin menghantui. Devosi rutin setiap malam selama bulan Mei mungkin saja terganggu. Stabilitas mungkin hilang. Mungkin ada malam yang terlewatkan. 

 

Sekarang tidak lagi demikian. Meskipun pandemi mungkin saja masih ada tetapi ruang untuk berkumpul dan berdoa bersama sebagai KBG sudah dibuka. Semua umat yang cukup umur sudah divaksin. Pandemi mungkin akan bergeser menjadi endemi, menjadi flu biasa. Amin. 

Sejak tanggal 1 Mei hingga 5 Mei, semangat berdevosi di KBG Sta. Faustina cukup tinggi. Jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelum pandemi, semangat di bulan ini lebih tinggi. Kehadiran anak-anak mengalami peningkatan yang luar biasa. Keaktifan mereka juga bagus. Ibu-ibu juga demikian. Keradiran mereka bagus. Hanya yang masih kurang adalah kehadiran bapak-bapak. Tetapi tidak apa-apa. Kondisi seperti ini harus dihadapi dengan senyum, hehehe.



Satu Mei yang indah. Cuaca sangat bagus. Cerah. Sore dan malam yang sejuk. Anak-anak lebih awal ke rumah pertama. Mereka tampak kompak. Mereka saling ingingatkan bahwa jam doa sudah tiba. Dari gerak-gerik mereka seolah-olah mengatakan mari kita bergegas. Pengurus kelompok tidak perlu repot. Anak-anak seolah menjadi lonceng tanda jam devosi akan tiba. Jika ada yang lambat bergegas mereka secara spontan menjemput. Ini sebuah semangat baru yang patut dicontohi. Peduli. Sigap. Siap untuk saling bersolider. Partisipasi anak dalam doa sangat kelihatan. Mereka menyalakan lilin, mengedarkan kotak kolekte, menjadi lektor, bahkan siap memimpin doa. Urusan mengantar kopi dan kue, jangan tanya lagi. Itu urusan mereka. Pasti gesit, dan tetap menjaga sopan santun. Dua Mei, tiga Mei, empat dan lima Mei semangat tetap membara. Dukungan cuaca, alam, dan lingkungan turut menambah semangat untuk saling mengunjungi. Semangat anak-anak dan ibu-ibu tidak kendur. Bunda Maria pasti senang melihat mereka. Senang berjalan bersama mereka. Mereka tidak membuat banyak alasan. Bagi mereka hanya satu alasannya yaitu ingin berjalan bersama Bunda Maria Penolong Abadi. 

Bagi sebagian umat, berkunjung bersama Bunda Maria membawa kegembiraan tersendiri, dan menjadi alasan untuk bertamu. Mungkin ada umat yang mencari alasan untuk bertamu, tetapi untuk bulan Mei alasan utamanya adalah berjalan bersama Bunda Maria mengunjungi satu sama lain dalam kebersamaan sebagai umat KBG. Pas banget. 

.

Lalu apa istimewanya bulan Mei hingga disebut bulan yang dikhususkan pada Bunda Maria? Untuk menjawab itu kita harus mengetahui lebih dulu mengapa Bunda Maria mendapat tempat istimewa dalam umat Katolik.

Bunda Maria mendapat tempat istimewa dan dihormati dalam Gereja Katolik karena ia merupakan teladan manusia yang berserah pada kehendak Allah dan mau menjawab panggilan Allah (Luk 1:26-38). Dalam perjalanan hidupnya Bunda Maria juga mempunyai relasi yang sangat mesra dengan Putranya Yesus Kristus, sejak ada dalam kandungan sampai wafat-Nya. Lewat kedekatan relasi inilah yang menjadikan Gereja Katolik mempunyai keyakinan bahwa Maria sungguh-sungguh istimewa, baik di hadirat Allah maupun manusia.


Devosi kepada Bunda Maria di setiap bulan Mei sebenarnya sudah dilangsungkan sejak abad ke-13. Seperti telah dimuat dalam laman katolisitas.org, sejarah bulan Mei sebagai bulan bagi Bunda Maria berasal dari Tradisi Suci yang berkembang di negara dengan empat musim. Bulan Mei kerap kali dianggap sebagai awal kehidupan. Pada bulan ini, masyarakat menyambut datangnya musim semi di mana bunga-bunga bermekaran.

Devosi Maria pada Bulan Mei ini semakin mendapatkan tempatnya yakni sejak tahun 1700-an dipopulerkan oleh para imam Yesuit yang kemudian menyebar sampai ke seluruh dunia.

Pada tahun 1809, Paus Pius VII ditangkap oleh para serdadu Napoleon dan dipenjara. Di dalam penjara, Paus memohon dukungan doa Bunda Maria, agar ia dapat dibebaskan dari penjara. Paus berjanji bahwa jika ia dibebaskan, maka ia akan mendedikasikan perayaan untuk menghormati Bunda Maria.

Lima tahun kemudian, pada tanggal 24 Mei, Bapa Paus dibebaskan, dan ia dapat kembali ke Roma. Tahun berikutnya ia mengumumkan hari perayaan Bunda Maria, Penolong umat Kristen.

Demikianlah devosi kepada Bunda Maria semakin dikenal, dan ketika Paus Pius IX mengumumkan dogma “Immaculate Conception” atau “Bunda Maria yang Dikandung Tanpa Noda” pada tahun 1854, devosi bulan Mei sebagai bulan Maria akhirnya dikenal oleh Gereja universal.

Sedangkan Bapa Paus Paulus VI dalam surat ensikliknya, The Month of May mengatakan, “Bulan Mei adalah bulan di mana devosi umat beriman didedikasikan kepada Bunda Maria yang terberkati,” dan bulan Mei adalah kesempatan untuk “penghormatan iman dan kasih yang diberikan oleh umat Katolik di setiap bagian dunia kepada Sang Ratu Surga. Sepanjang bulan ini, umat Kristen, baik di gereja maupun secara pribadi di rumah, mempersembahkan penghormatan dan doa dengan penuh kasih kepada Bunda Maria dari hati mereka. Pada bulan ini, rahmat Tuhan turun atas kita… dalam kelimpahan.” (Paus Paulus VI, the Month of May).

Gereja Katolik melanjutkan tradisi berdoa bersama Bunda Maria pada Bulan Mei sebagai bentuk kepedulian umat kepada Gereja universal dan menghormati Bunda Maria sebagai teladan pribadi yang beriman kepada Tuhan dengan sepenuh hati dan tidak gentar menghadapi penderitaan.

Lalu mengapa bulan Oktober disebut bulan rosario? Gereja Katolik meyakini Santo Dominikus (1170 – 1221) adalah santo yang menyebarkan doa ini, seperti yang kita kenal sekarang. Ia berkhotbah tentang rosario ini pada pelayanannya di antara para Albigensian yang tidak mempercayai misteri kehidupan Kristus sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia.

Tujuan utama pendarasan doa adalah untuk merenungkan misteri kehidupan Kristus. Walaupun catatan riwayat hidupnya tidak menuliskan bahwa Santo Dominikus menyusun doa tersebut, dan juga konstitusi Dominikan tidak menyebutkannya sebagai pencipta awal doa ini, namun peran Santo Dominikus cukup besar dalam memperkenalkannya kepada umat. 

Ia sendiri merupakan saksi hidup yang mendoakannya. Namun dalam bentuknya seperti sekarang merupakan hasil pertumbuhan devosi yang terjadi beratus tahun setelah kematian Santo Dominikus.

Doa ini mulai popular di sekitar tahun 1600 s.d. 1700-an, terutama setelah kemenangan pasukan Kristen di Lepanto, pada tahun 1571. Saat itu, negara-negara Eropa diserang oleh Kerajaan Ottoman-Turki yang ingin memperluas daerah kekuasaan mereka.  

Menghadapi ancaman ini, Paus Pius V memerintahkan semua umat Katolik berdoa rosario untuk memohon dukungan doa Bunda Maria, agar pasukan Kristen memperoleh kemenangan. Perintah ini dilakukan oleh Don Juan (John) dari Austria, komandan armada, demikian juga oleh umat Katolik di seluruh Eropa untuk memohon bantuan Bunda Maria di dalam keadaan yang mendesak ini.

Pada tanggal 7 Oktober 1571, Paus Pius V bersama-sama dengan banyak umat beriman mendoakannya di Basilika Santa Maria Maggiore. Sejak subuh sampai petang, doa ini tidak berhenti didaraskan di Roma untuk mendoakan pertempuran di Lepanto. Walaupun tampaknya mustahil karena jumlah musuh yang lebih banyak, namun pada akhirnya pasukan Katolik menang pada hari itu.

Oleh karena itulah, tanggal 7 Oktober dinyatakan sebagai Pesta Santa Perawan Maria Ratu Kemenangan, yang kemudian diganti dengan Pesta Santa Perawan Maria Ratu Rosario. Pesta ini merupakan ucapan syukur atas bantuan Bunda Maria melalui doa rosario.

 

Comments

Popular posts from this blog

KONTINGEN PAROKI KUMBA TAMPIL BEDA