DARI GUA GOLO KOE BUNDA MARIA MEMANGGIL
Kota super premium. Sebuah nama baptisan baru untuk kota Labuan Bajo ibu kota Kabupaten Manggarai. Sejak dibaptis dengan nama demikian, Labuan Bajo mulai menjadi magnet. Hampir semua orang memandang dan tertuju ke sana. Pesisir pantai Labuan Bajo yang dulunya gersang, kini sudah disulap menjadi tempat berbarisnya hotel berskala internasional. Kagum. Perubahannya begitu cepat. Lancang, Batu Cermin, Wae Kesambi, dan Golo Koe yang dulunya dihiasi Bidara dan Toge kini sudah berwajah baru. Tampak barisan rumah mewah berdiri kokoh di tempat-tempat tersebut. Jalan menuju ke sana bukan setapak lagi. Juga bukan beraspal tetapi sudah di level lebih tinggi, hotsmix. Jalannya luas dan bagus. Kendaraan berjalan mulus di atasnya. Sebuah penampakan yang selaras zaman. Ini zaman di mana kendaraan menjadi kebutuhan primer.
Semua orang ingin berwisata dan berziarah dengan kendaraan tak peduli jalanan macet. Itulah yang nyata terjadi. Semuanya tidak mau ketinggalan, termasuk Golo Koe. Dia tidak mau ditinggalkan. Dia disolek, dirias bagai gadis cantik yang hendak naik pelaminan. Pinggir jalan sepanjang jalan menuju Gua Golo Koe tampak hiasan yang indah. Umbul-umbul berbaris rapi di tepi jalan menuju ke sana. Jalan di bukit Golo Koe tampak diperlebar. Guanya ditata rapi. Dirias lagi dengan wajah cukup terkini. Tribunnya permanen. Setiap umat atau pengunjung dapat menikmati tribun dengan santai setelah pendakian yang cukup membuat nafas satu-satu.
BUNDA MARIA MEMANGGIL
Bunda Maria tak pernah melupakan anal-anaknya. Dia selalu dekat dengan mereka. Berbagai cara dia lakukan agar anak-anaknya peduli dan memiliki hati yang penuh kasih. Kamu semua adalah saudara. Bunda Maria memanggil semua anaknya dan mengajak mereka untuk bersatu sebagai saudara. Tidak hanya sebagai saudara sebatas manusia tetapi juga bersaudara dengan alam dan makhluk ciptaan yang lain. Bunda Maria memanggil semua anaknya untuk sejenak dalam sepekan mampir di Gua Golo Koe. Hadir di sana bersama Bunda Maria sebagai wujud rasa persaudaraan. Pada hari Selasa (9/8/2022) di pagi yang cerah dan indah, semua berhimpun di sana sebagai saudara. Semua kusuk dalam doa dan Ekaristi Kudus yang dipimpin Vikep Ruteng RD. Geradus Janur. Persaudaraan begitu terasa kental barangkali karena diselimuti mentol biru Sang Bunda. Perayaan Ekaristi berlangsung meriah. Rasa persaudaraan sangat tinggi. Tidak hanya dengan sesama manusia tapi juga dengan alam dan makhluk ciptaan yang lain. Selama perayaan Ekaristi tampak kera-kera hadir mengitari altar. Mereka bergelantungan di atas pohon di seputar altar. Ada yang berkomentar, "Mungkin kera-kera ini beragama Katolik sehingga mereka hadir memenuhi altar ini." Entahlah. Tapi dari kera, kita belajar tentang pentingnya kepekaan, kecepatan bergegas, dan persaudaraan. Bayangkan mereka datang lebih awal. Mereka datang dengan keluarga besarnya. Tidak sendirian. Saling memanggil dan bersahut-sahutan. Mereka lompat sana lompat sini di atas pohon tanpa merusaknya. Itulah sekilas fenomena yang mewarnai misa di Gua Golo Koe hari ini (Selasa, 9/8/22). Perjalanan ke Gua Golo Koe hari ini adalah perjalanan persaudaraan dan kasih. Persaudaraan harus dibangun di atas fundasi kasih. Lakukanlah segala sesuatu dalam kasih. Inilah yang diharapkan Bunda Maria. Dia mau melihat anak-anaknya berpacu dalam kasih. Kasih memang tidak perlu dilombakan tapi dibuat seolah-olah ada perlombaan kasih supaya dunia menjadi nadi yang penuh dengan aliran kasih.
FESTIVAL GOLO KOE: Sebuah Jawaban
Bunda Maria sebagai ibu yang penuh kasih tidak pernah berhenti berdoa dan mengetuk pintu hati anak-anaknya agar selalu berbuat kasih. Anak anak Bunda tidak berhenti hanya pada mengendus jejak Allah. Tetapi harus mampu maju ke dua tahap berikutnya, yaitu memasukkan Allah ke dalam hati. Instropeksi diri harus ada. Allah harus menjiwai seluruh diri anak-anak Bunda. Hati harus menjadi hati seperti hati Allah. Dan yang berikutnya adalah bersedia menjadi sarana yang mewartakan kasih Allah kepada dunia dan segala ciptaan.
Festival Golo Koe menghadirkan nilai-nilai Ilahi ke tengah dunia. Dan diharapkan nilai-nilai itu mengendap di dalam hati anak Bunda dan kemudian mekar dan berkembang dengan baik sehingga bisa menghiasi dunia dengan kasih Ilahi. Bunda Maria tetap menjadi teladan bagi umat Allah. Teladan kesetiaan dan ketaatan. Setia dalam kasih. Dan taat dalam pengabdian. Nilai-nilai Kristiani dalam Festival Golo Koe mesti di kedepankan dan tumbuh dalam kerja sama dengan Sang Bunda Maria. Kerja sama dengan Bunda Maria menjadi keharusan. Dia selalu aktif memanggil anak-anaknya agar kasih Allah harus hidup di tengah dunia melalui pewartaan dari putra-putrinya.
Festival Golo Koe merupakan manifestasi kekuatan Bunda Maria yang selalu peduli dengan anam-anaknya. Festival Golo Koe tanda kesetiaan Bunda Maria terhadap perutusan Allah. Festival Golo Koe tanda kesiapan umat Allah/Gereja dalam menanggapi kasih Allah. Festival Golo Koe tanda bahwa Gereja dengan potensi budaya yang dimilikinya mau berpartisipasi dalam kasih Allah dan siap melanjutkan karya Kristus menyinari dan menggarami dunia dengan kasih Allah.
Bunda Maria memanggil anak-anaknya untuk mengendus jejak Allah dalam setiap peristiwa dan ruang hidup manusia, menginstropeksi dan menginternalisasinya kemudian mewartakannya dengan tekun dan setia.
Comments
Post a Comment