KEREN, BULE HADIR DALAM FESTIVAL BULAN BAHASA
DI SMAN 2 LANGKE REMBONG
“Kegiatan pendidikan harus satu tarikan napas dengan berbagai kegitan seperti kewirausahaan
(pameran),
cinta lingkungan (kebun sekolah), dan kegiatan kebudayaan (atraksi kolintang dan lagu-lagu daerah).
Aktivitas pendidikan (baca: pembelajaran} tidak hanya terjadi dalam kelas. Kelas sebagai ruang interaksi ilmiah tidak lagi dibatasi dalam ruangan sempit, pengap, dan menjenuhkan,
tapi kelas biasa lebih fleksibel dibawa ke mana saja.”
Pernyataan di atas
disampaikan Valens Jebagu, M.Th ketua panitia penyelenggaraan Festival Bulan
Bahasa dan Sumpah pemuda Selasa (25/10/20223) di Panggung festival SMA Negeri 2 Langke rembong. Valens menjelaskan bahwa kegiatan
festival ini berlangsung selama 5 hari sejak Selasa sampai Jumat (25 – 28/10.2022).
Lebih lanjut beliau menjelaskan latar belakang diselenggarakannya kegiatan ini pada bulan
bahasa dan sumpah pemuda.
Bahasa sebagai alat perekat pemersatu bangsa. Bahasa
juga sebagai instrument penting pendidikan. Panggung di mana manusia mengenal dan mencintai bahasa ialah pendidikan itu sendiri. Pendidikan bertujuan untuk memunculkan aneka kemampuan yang
terdapat di dalam diri peserta didik. Proses pendidikan
tidak hanya terpaku di kelas. Kelas bisa dibawa ke mana saja sesuai konteks.
Misalnya kelas bisa dibawa ke pasar, sehingga pembelajaran dilakukan di sana. Ke hutan, ke rumah-rumah ibadat dan adat, ke pantai, ke sawah, ke ladang, ke pabrik-pabrik, ke lapangan pertandingan, dll. Pembelajaran seperti ini tentu tidak mengesampingkan peran guru. Guru tidak menjadi satu-satunya sumber informasi/sumber belajar bagi peserta didik.
Ini sebetulnya pesan yang mau disampaikan mengapa kegiatan bulan bahasa kali ini dipadukan dengan kegiatan pameran kuliner, karya kriya dan karya edukatif. Pembelajaran di luar kelas ini mengintegrasi beberapa kegiatan di antaranya pameran, berbagai perlombaan dan atraksi-atraksi.
Pembelajaran tidak lagi begitu eksklusif tertutup, tapi bisa diakses langsung oleh masyarakat. Pembelajaran tidak mengalienasi peserta didik itu sendiri dari masyarakat. Justru pembelajaran menyiapkan peserta didik untuk terlibat dalam kehidupan masyarakat yang sesungguhnya. Mengintegrasikan kegiatan pembelajaran dengan kegiatan kewirausahaan, kebudayaan dan cinta lingkungan, sehingga peserta didik memperoleh pengalaman belajar interdipliner.
Tidak hanya menekuni materi pembelajaran di kelas, tapi bersentuhan langsung dengan dinamika kehidupan yang sebenarnya. Dan pengalaman seperti ini memiliki daya ungkit positif manakala ketika berada di tengah masyarakat mulai mencoba dari hal-hal kecil yang pernah dialami di masa sekolah.
Kehidupan social tidak selalu menampilkan hal yang romantis, tidak selalu enak dan menyenangkan. Misalnya untuk mendapatkan uang seribu dua ribu melalui proses
yang panjang dan melelahkan. Melewati berbagai pengalaman dan penuh tantangan.
Nilai-nilai ini yang setidaknya juga mulai pelan-pelan ditanamkan dari kegiatan sepekan ini. Peserta didik diajak untuk merenungkan betapa berharganya uang, waktu,
tenaga, kerjasama, kerja kerasdan kerja cerdas. Sehingga mereka juga belajar menggunakan uang pemberian orang tua dengan baik sesuai prioritas kebutuhan. Menghargai waktu dioptimalkan dan diisi dengan berbagai kegiatan yang
berguna untuk menghasilkan sesuatu yang berharga. Uang dan segala sesuatut idak bias dating dengan sendirinya tanpa perjuangan. Untuk menumbuhkan semangat dan kecintaan peserta didik terhadap kewirausahaan (duniausaha),
lingkungan dan budaya.
“Bulan Bahasa dan Sumpah Pemuda harus kita maknai
secara baru dan kontekstual sebagai bagian dari perkembangan zaman. Kita dorong
murid-murid kita sebagai generasi depan bangsa untuk menunjukkan siapa mereka,
apa yang mereka bisa buat, apa potensi mereka. Mereka tentunya memiliki potensi
yang holistik. Inilah saatnya untuk menunjukkan hal itu. Selain itu, kegiatan
ini juga merupakan proses pencarian bakat, minat dan prestasi murid dalam
berbagai bidang. Misalnya bidang seni, musik, sastra, tulis-menulis, melukis,
dan masih banyak lagi. Dan yang ini sebagai semacam simulasi untuk persiapan
pancawindu tahun depan,” jelasnya.
Senada dengan itu, Sales Nabus, S.Pd. menjelaskan
tentang tujuan festival ini. “Festival ini bertujuan untuk semakin mencintai dan senang mengkonsumsi pangan local sebagai warisan leluhur; meningkatkan kecintaan terhadap
Bahasa Indonesia; meningkatkan kemampuan atau pengusaan terhadap Bahasa Indonesia dengan baik dan benar; memotivasi para peserta didik dalam meningkatkan minat, bakat dan prestasi baik bidang akademik maupun non
akademik; menjadi ajang pencarian bakat, minat dan prestasi peserta didik untuk diikut sertakan dalam berbagai even-even
kabupaten/kota, provinsi dan nasional; dan sebagai ajang evaluasi diri guru,” katanya.
Di sisi lain, Narsi Paus, S.Fil. menggambarkan
tentang proses awal sehingga kegiatan ini bisa berjalan seperti ini. “Kegiatan ini
dapatkan dilaksanakan melalui proses yang panjang. Kegiatan
festival merupakan implementasi dari program / kegiatan kesiswaan tahun pelajaran
2022/2023 yang sudah diagendakan sejak awal semester ganjil. Setelah dipresentasikan dalam rapat dewan guru
tingkat SMAN 2 Langke Rembong. Kemudian disosialisasikan kepada peserta didik. Dan Setelah mendapatkan persetujuan kegiatan ini dieksekusi,” jelasnya. Lebih lanjut dia menjelaskan
pihak-pihak yang terlibat dalam festival ini.
“Semua civitas akademika SMAN 2 Langke Rembong
terlibat dalam proses, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan ini. Kepala
sekolah, guru, pegawai dan murid-murid berkolaborasi dalam menyukseskan
item-item kegiatan yang dilombakan, dipamerkan dan dipentaskan. Jadi semuanya
turun tangan,” katanya.
Deni Jemat, S.Pd. humas Kesiswaan SMA Negeri 2 Langke rembong mengatakan bahwa kegiatan ini didukung oleh pihak-pihak luar yang peduli dengan dunia pendidikan. “Mereka mensuport dan bersedia duduk bersama kami mensponsori kegiatan ini. Mereka antara lain bank NTT, penerbit Erlangga, PT. Wings Cabang Ruteng, dan PT. Djarum Cabang Ruteng. Mereka hadir dengan andil masing-masing,” jelasnya.
Tampak dua halaman besar di lingkungan SMAN 2
Langke Rembong diisi penuh oleh stand-stand dari setiap kelas. Tampak di dalam
setiap stand, para peserta didik sibuk menyiapkan dan mempromosikan produk
hasil karya mereka. Ada banyak pangan lokal yang mereka pamerkan dan mendorong
para pengunjung untuk membelinya. Di sana ada lemet, rebok, jahe bubuk, serabe,
sombu, lomak, dan lain-lain. Stan yang didirikan peserta didik berjumlah 35
buah sesuai dengan jumlah rombongan yang ada di SMAN 2 Langke Rembong. Aksi mereka
sungguh-sungguh nyata di tempat ini. Di sela-sela mereka mempromosikan hasil
karya mereka, panggung utama selalu diisi dengan berbagai atraksi yang sangat
menarik. Ada pantomin, musikalisasi puisi, teater, tarian, fokal solo,
permainan kolintang, dan lain-lain.
Di beberapa ruangan kelas para murid menyaksikan
berbagai perlombaan. Ada lomba debat Bahasa Indonesia, lomba cipta puisi, baca
puisi, pidato bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, story telling, menulis opini,
dan lain-lain.
Para pengunjung antusias dengan peluncuran
festival ini. “Saya sebagai alumni sangat senang dengan kegiatan ini. Semasa kami
sekolah di sini, tidak ada kegiatan seperti ini. Ini sangat luar biasa,”komentar
Jeni alumni angkatan 2005.
Selain alumni tampak para turis/bule dan undangan
lainnya yang hadir dalam festival ini dan mengunjung setia stan yang ada. "This is awesome activity, honestly I had such a wonderful time here and I never regret for seeing kind of this activity. Besides, students here are very welcomed and friendly," said Havier. Ada beberapa
turis yang menyaksikan lomba debat dan pidato bahasa Inggris.
Comments
Post a Comment