MENGISI CELAH DI TENGAH GIAT FESTIVAL GOLO KOE
MENGISI CELAH DI TENGAH GIAT FESTIVAL GOLO KOE
Waktu terus berjalan. Tiada orang yang mampu menghentikannya. Dengan sogok sekalipun, waktu tetap tidak mau. Sekuat apapun dia, waktu tidak bisa dikendalikan. Dia tetap berjalan dan terus berlalu. Kecuali Tuhan karena Dia yang menciptakan waktu. Namun ruang waktu selalu saja terbuka bagi orang yang melihatnya. Tetap saja ada celah untuk diisi. Entah hanya sedetik, semenit atau sejam atau lebih dari itu. Itu tergantung kejelian orang untuk melihat, mencebur dan berjalan bersamanya lalu memaknainya. Celah inilah yang diisi oleh rombongan dari Paroki St. Mikael Kumba. Mereka memanfaatkan ruang waktu ini untuk menjelajah samudra alias melaut di Laut Sawu dari arah pantai Pede. Seruuu.
Sesudah kegiatan ekologis pembersihan sampah di seputaran Pantai Pede (Selasa, 9/8/22), rombongan menghubungi bos speedboat. Dengan speedboat, rombongan dari Paroki Kumba berlayar ke Pulau Monyet. Sepanjang jalan perasaan campur aduk mengemuka. Gembira, takut, gugup, berani, dan riang silih berganti. Gembira karena bisa naik speedboat, bisa berlayar ke Pulau Monyet. Gembira karena bisa menikmati indahnya Labuan Bajo jika dipandang dari tengah laut. Gembira karena bisa menikmati indahnya langit biru dan laut biru nan jernih, indahnya alam Pulau Monyet dan indahnya ombak yang diterjang speedboat. Takut karena gelombang yang cukup dasyat untuk ukuran pemula. Takut karena berada di tengah laut yang dalam. Takut jikalau speedboat tenggelam. Gugup karena baru pertama kali naik speedboat setelah masa pandemi pergi. Gugup karena speedboat oleng dan bergoyang. Berani karena tidak sendirian, karena merasa Tuhan pasti menjaga, karena yakin bisa sampai di tempat tujuan dengan selamat. Riang karena berjalan bersama tim dan Tuhan. Tim memberi rasa optimis dan Tuhan memberi perlindungan dan pendampingan. Dan ini sungguh diyakini oleh pemimpin tim/rombongan bpk. Flori Mentot. "Ayo, jalan. Tidak usah takut. Tuhan pasti bersama kita dan melindungi kita," kata bapa Flori penuh yakin. Sepanjang jalan, kameramen tetap mengabadikan setiap peristiwa yang ada. Di tengah laut kameramen jepret sana jepret sini. Demikian pun selanjutnya. Di Pulau Monyet pun demikian. Di Pulau Monyet, rombongan rehat sejenak. Turun, bersendau gurau dan berfoto ria beberapa menit saja. Maklum takut ketinggalan pulau yang lain. Hehehe, lagak sekali. Bukan itu maksudnya. Rombongan tidak lama-lama di sana karena diserang rasa lapar dan haus. Maklum tidak bawa makanan dan minuman. Dan memang intensinya begitu, yah tidak perlu bawa makanan dan minuman supaya tidak lupa pulang. Tidak hanya menikmati Pantai Pede dan Pulau Monyet, rombongan juga sempatkan diri ke bukit Silvia. Bukit yang indah nan menawan. Meskipun gersang namun view yang keren tersaji di sana. Apalagi rombongan ke sana sebelum senja berlalu.
Rombongan mau menyaksikan bagaimana bumi melepas mentari kala senja pergi dan malampun tiba. Indah memesona. Dari puncak bukit Silvia, rombongan menyaksikan pisah sambut siang dan malam. Raja siang memerah memasuki peraduannya. Pelan tapi pasti. Semakin lama si raja siang semakin meredup. Dan di saat itulah keindahannya yang tak terlukiskan dengan kata-kata mulai membumi dan kemudian malam tiba. Sebuah peristiwa alam yang sangat dasyat dan semua mata tertuju padamu. Tidak sekedar mata. Sarana media digital pun nimbrung di sana untuk mengabadikannya. Rombongan pun memastikan ini ada dan nyata. Indah oh sungguh indahnya alam ciptaanMu Tuhan.
Bukit Silvia dan keindahan sunsitnya menjadi bagian dari memori rombongan Paroki Kumba ketika memasuki Water Front City untuk menikmati malam hiburan dengan aneka pementasan. Ada teater, vokal solo, vokal grup, tarian daerah dan lain-lain turut menambah cita rasa baru bagi rombongan paroki Kumba. Sambil menikmati hiburan malam, cerita tentang bukit Silvia dan sunsitnya tetap diselip. Ngobrol sambil nonton dan juga sambil menikmati cita rasa kopi yang dijaja di tribun water front city. Suasana semakin hangat. Rombongan mengakhiri malam dengan kisah yang indah. Tidurpun jadi nyenyak.
Comments
Post a Comment